Beginilah Metode Para Rasul Dalam Menyelesaikan Masalah Umat (1)
Dakwah Tauhid adalah kunci dakwah para Rasul ‘alaihimush shalatu was salam
Ibnul Qoyyim rahimahullah telah menjelaskan ciri khas dakwah para Rasul ‘alaihimush shalatu was salam,beliau mengatakan
التوحيد مفتاح دعوة الرسل
“Tauhid kunci dakwah para Rasul.”
Ya, memang demikianlah kenyataannya, seluruh Rasul ‘alaihimush shalatu was salam, dakwah mereka adalah Tauhid, sebagaimana firman Allah
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu’” (An-Nahl:36).
Perhatikanlah ayat-ayat Al-Qur’an berikut ini:
Allah Ta’ala berfirman,
لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحاً إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ
“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan yang berhak disembah bagimu selain-Nya” (Al-A’raaf: 59).
وَإ ِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُوداً قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ
“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan yang berhak disembah bagimu selain dari-Nya” (Al-A’raaf: 65).
وَ إِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحاً قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ
“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Shaleh. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan yang berhak disembah bagimu selain-Nya” (Al-A’raaf: 73).
وَ إِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْباً قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ
“Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan yang berhak disembah bagimu selain-Nya” (Al-A’raaf: 85).
Berkata Syaikh Ramadhani hafizhahullah dalam kitab Sittu Durar min Ushul Ahlil Atsar,
و هكذا , مهما اختلفت الأمم , و تباينت مشاكلها ؛ فإن الدعوة إلى التوحيد هي الأصل ؛ سواء كانت مشكلتهم اقتصادية , كما في أهل مدين ؛ أو كانت خُلُقية كما في قوم لوط – عليه السلام -.و لست بحاجة أن أقول: أو كانت سياسية ؛ لأن جميع هؤلاء لم يكونوا يُحْكَمون بما أنزل الله
“Dan demikianlah, walaupun berbeda-beda umat mereka dan beranekaragam problematika umat mereka, tetaplah dakwah Tauhid adalah dakwah yang pokok, sama saja apakah problem yang dihadapi umat mereka masalah perekonomian, sebagaimana problem penduduk Madyan, atau problem akhlak, sebagaimana problem kaum Nabi Luth ‘alaihis salam (tetaplah dakwah Tauhid adalah dakwah yang pokok dan terpenting, pent.)”
Dengan demikian, tidaklah boleh pudar cahaya dakwah Tauhid yang diberkahi ini, kapanpun juga, karena klaim sebagian orang bahwa Tauhid itu sudah ada di hati orang-orang. Hal ini bukanlah alasan untuk meninggalkan dakwah Tauhid! Mengapa demikian? Ini alasannya:
Profil Imam Ahlut Tauhid sesudah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Al-Khaliil Ibrahim ‘alaihish shalatu was salam saja takut dirinya terjerumus dalam kesyirikan, Allah menyebutkan dalam Al-Qur’an, bahwa beliau berdo’a:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah patung-patung”
رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ ۖ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي ۖ وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Ibraahiim: 35-36).
Berkata Ibrahim At-Taimi rahimahullah :
من يأمن البلاء بعد خليل الله إبراهيم
“Siapakah yang merasa aman setelah Khalilullah Nabi Ibrahim?” Maksudnya, jika Nabi Ibrahim ‘alahish shalatu was salam saja takut terjerumus kedalam kesyirikan, bagaimana lagi dengan orang-orang yang tingkat keimanannya jauh di bawah beliau ‘alahish shalatu was salam ? Padahal beliau adalah Imam Ahlut Tauhid sesudah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Khalilullah (Nabi yang sangat dicintai oleh Allah).
***
Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
Artikel Muslim.or.id
🔍 Hukum Shalat Di Masjid, Adab Istri Kepada Suami, Shalat Sunah Fajar, Makan Tidak Membatalkan Wudhu, Pengertian Berbakti Kepada Orang Tua
Artikel asli: https://muslim.or.id/25696-beginilah-metode-para-rasul-dalam-menyelesaikan-masalah-umat-1.html